BREAKING NEWS

Umum

Category 6

Category 7

Nabi Musa dan Nabi Khidir | Bagian 2

Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS


Pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS  

Kisah ini merupakan lanjutan dari: 
Nabi Musa dan Nabi Khidir | Bagian 1



Setelah Nabi Musa AS dan Yusya' kembali menuju ke tempat batu besar, dan tiba di tempat itu, Nabi Musa mencium aroma aneh dan berkata, "Aku mencium aroma aneh, berarti di sini kita akan menemukan orang shaleh dan berilmu tinggi itu".


Dengan melihat-lihat di sekeliling pantai, mereka menemukan seseorang sedang duduk bersimpuh. Dialah Nabi Khidir, hamba Allah yang shaleh dan berilmu tinggi yang sedang dicari.

Walaupun badannya terlihat kurus ramping, namun matanya tampak berkilau, mengisyaratkan jiwa keNabian terpancar kepadanya. Pancaran wajahnya menandakan bahwa dia seorang yang sangat bertaqwa. Nabi Musa segera memberi salam, "Assalaamu'alaikum, wahai jiwa suci yang berbalut kain putih".

Hamba Allah itu, menjawab, "Wa'alaikum salaam! ya Musa, Nabinya bani Israil".

Nabi Musa terkejut, sambil bertanya, "Engkau tahu, Namaku Musa?".

"Ya, engkau adalah Musa, pemimpin orang-orang Israil", jawab Nabi Khidir.

Dengan keheranan, Nabi Musa menjawab, "Ya, benar. Aku ingin sekali menemui engkau, dan ingin berGuru kepada engkau. Bersediakah engkau mengajari ilmu-ilmu yang benar yang telah engkau dapatkan dari Allah SWT?".

"Sesungguhnya, sekali-kali, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku", jawab Nabi Khidir (QS Al Kahfi: 67).

Nabi Khidir berkata lagi, "Wahai Musa, sesungguhnya Allah telah mengajariku tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang ghaib dan engkau belum diajariNya. Sebaliknya, Allah mengajarimu ilmu-ilmu yang mungkin tidak diajarkan kepadaku".

Nabi Musa menjawab, "InsyaAllah engkau akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun", (QS Al Kahfi: 69).

Kemudian Nabi Khidir AS, balas menjawab, "(Dia berkata): "Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya kepadamu", (QS Al Kahfi: 70).

Mereka sepakat dan segera menyusuri tepian pantai, dan tampak sebuah perahu milik penduduk setempat. Para awak perahu tersebut telah mengenal Nabi Khidir dan berebut mengajak Nabi Khidir ikut dalam perjalanannya tanpa dipungut biaya (gratis). Mereka punya keyakinan, jika bersama orang suci ini, diharapkan insyaAllah akan selamat dalam perjalanannya.

Nabi Khidir berkata kepada Nabi Musa, "Wahai Musa, ketika engkau menaiki perahu ini, apakah engkau melihat kakimu basah oleh air pantai?".

"Ya, aku merasakannya, tapi sekarang sudah kering kembali", jawab Nabi Musa.

Nabi Khidir berkata lagi, "Wahai Musa, ketahuilah, itulah perbandingan ilmu manusia dengan ilmu Tuhan yang maha luas. Air laut ibarat ilmu Allah, dan air yang membasahi kakimu adalah ilmu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Karena air di kakimu mengering kembali, maka siapkan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Karena Allah akan meminta pertanggungjawaban ilmuNya yang ada padamu sekarang".

Firman Allah, "Sekiranya air seluruh samudera dijadikan tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah, akan kering seluruh samudera sebelum habis kalimat-kalimat Tuhan itu dituliskan. Sekalipun ditambah lagi tinta sebanyak samudera yang lain".


Kemudian perahu telah berlayar ke tengah. Saat para awak perahu sibuk dengan urusannya masing-masing, tiba-tiba Nabi Khidir AS mengambil kapak dan merusak dinding perahu, sehingga perahu tampak jelek.
Melihat kejadian itu, Nabi Musa terperanjat dan bertanya, "Apakah engkau hendak merugikan orang-orang yang telah menerima kita dengan baik ini, dan engkau menginginkan perahu ini tenggelam bersama mereka? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan keji".

Nabi Khidir tersenyum arif sambil berkata, "(Khidir) berkata: "Bukanlah aku telah berkata: "Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku", (QS Al Kahfi: 72).

Nabi Musa berkata, "Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku", (QS Al Kahfi: 73).

Akhirnya mereka tiba di wilayah perairan yang dikuasai oleh penguasa yang kejam. Penguasa tersebut menyuruh bala tentaranya, agar merampas perahu-perahu bagus yang melewati perairannya. Perahu yang jelek tetap dibiarkan lewat begitu saja. Ternyata Nabi Khidir telah menyelamatkan perahu ini.

Tibalah di suatu tempat, Nabi Khidir yang hendak turun dari perahu, menunjukkan sesuatu kepada Nabi Musa, sambil berkata, "Wahai Musa, Lihat burung laut itu. Dia hanya meminum air secukupnya, dari air laut yang banyak ini. Seperti itulah ilmu Allah yang diberikan kepadamu, jika dibandingkan dengan ilmu yang ada padaNya".

Mereka berjalan di atas pasir menuju suatu perkampungan dan bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang bermain dengan teman-temannya. Lalu Nabi Khidir memanggil anak kecil itu, menangkapnya, dan membunuhnya.

Nabi Musa kaget melihat kelakuan Nabi Khidir sambil bertanya, "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu melakukan sesuatu yang mungkar", (QS Al Kahfi: 74).

Nabi Khidir menjawab, "Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan dapat sabar bersamaku?", (QS Al Kahfi: 75).

Nabi Musa berkata lagi, "Jika aku menanyakan kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku", (QS Al Kahfi: 76).


Dalam perjalanan berikutnya, dengan tubuh lelah mereka akhirnya tiba di sebuah desa, dan mencoba bertamu pada salah seorang penduduk, agar bisa dijamu sekedarnya. Tetapi tidak ada seorangpun penduduk yang mau menerima apalagi menjamunya. Nabi Khidir tidak memaksa dan tidak menampakkan wajah sedih.

Mereka terus berjalan sampai ujung desa dan terdapat sebuah reruntuhan bangunan atau rumah yang hendak roboh. Nabi Khidir menuju ke bangunan itu.
Nabi Musa mengira bahwa Nabi Khidir mengajaknya beristirahat, tetapi Nabi Khidir malah berusaha membangun kembali rumah yang akan roboh itu.
Nabi Musa merasa heran dan memprotes (untuk kesekian kalinya) tindakan Nabi Khidir yang berusaha membangun rumah itu, padahal penduduknya kikir semuanya.

Seperti dijelaskan dalam Al Qur'an, "Maka keduanya berjalan; hingga tatkala mereka sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka bertamu dan minta dijamu kepada pendudk negeri itu. Tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan di dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Nabi Khidir AS menegakkan dinding itu. Dia (Musa) berkata, "Jika engkau mau, niscaya engkau dapat dapat meminta imbalan untuk itu", (QS Al Kahfi: 77).

Dia (Nabi Khidir) berkata, Inilah perpisahan antara aku dan engkau ; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya", (QS Al Kahfi: 78). 


Nabi Khidir kemudian menjelaskan tentang segala tindakannya:
"Wahai Musa, ketahuilah bahwa tujuanku merusak perahu, karena perahu itu adalah milik anak-anak miskin yang berusaha mencari nafkah. Dan di seberang lautan ada seorang raja yang selalu merampas perahu yang dijumpainya, namun tidak merampas perahu-perahu yang terlihat jelek dan rusak".

"Tentang membunuh anak kecil. Anak itu dibunuh karena kelak akan memaksa kedua orang tuanya menjadi kafir kepada Allah". Dan Nabi Khidir AS berharap agar Allah menggantinya dengan anak yang shaleh, suci, dan berbakti kepada bapak ibunya".
"Adapun rimah yang dindingnya akan roboh, adalah milik dua anak yatim piatu yang tinggal di negeri Anthokia (wilayah di Turki). Dan di bawah rumah itu, terpendam harta berupa emas dan perak. Kedua anak itu anak yang shaleh. Allah menghendaki agar kelak tumbuh jadi dewasa kemudian mereka bisa mengambil harta itu sebagai rahmat dari Allah".
"Segala yang kulakukan itu bukan dari kehendakku sendiri, melainkan atas wahyu dan petunjuk dari Allah SWT. Kini tiba saatnya kita harus berpisah".


Sebelum berpisah, Nabi Musa meminta wasiat kepada Nabi Khidir. Dan Nabi Khidir bersedia memberikan wasiat itu. 


Wasiat apa saja yang diberikan Nabi Khidir kepada Nabi Musa?

Bersambung ke >>>
Nabi Musa dan Nabi Khidir | Bagian 3 
(Wasiat Nabi Khidir Kepada Nabi Musa)




Source:Buku Misteri nabi Khidir Olen Abu Khalid MA - Lintas Media Jombang 
Share this article :

Posting Komentar

- Berkomentar yang baik, sopan, dan sesuai isi artikel.
- Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan.
- Komentar berupa link aktif, iklan, berbau sara, atau pornografi akan dihapus.
- Mohon maaf jika ada komentar yang tidak kami jawab, karena di luar kemampuan Admin.

 
Copyright © 2015 - 2016 ~ Berita Islami Kita | Powered by Blogger
Privacy Policy | Terms And Conditions