BREAKING NEWS

Umum

Category 6

Category 7

Nabi Musa dan Nabi Khidir | Bagian 1

Nabi Musa AS


Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir 

Kisah antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS terdapat dalam Al Qur'an surat Al Kahfi ayat 60 - 82, serta dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Amr bin Dinar, Said bin Jubair, dll.

Pada saat Nabi Musa AS berpidato di depan umatnya (kaum Bani Isarail), beliau mengingatkan kepada umatnya, bahwa Allah telah melimpahkan nikmat dan karunia, dengan bebasnya kaum tersebut dari tertindasnya sebagai budak yang dilakukan oleh Raja Fir'aun.

Peristiwa sebelumnya, saat Raja Fir'aun merasa dikalahkan oleh Nabi Musa AS, akhirnya mengejar kaum Bani Israil yang meninggalkan Mesir menuju Palestina. 
Allah telah menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya. Allah memerintahkan Nabi Musa AS memukulkan tongkatnya ke laut, sehingga laut jadi terbelah dan bisa melewatinya. 
Fir'aun-pun terus mengejar. Ketika Fir'aun dan bala tentaranya masih di tengah lautan, Nabi Musa AS memukulkan lagi tongkatnya dan laut menyatu kembali. Fir'aun dan bala tentaranya akhirnya binasa.


Dalam pidatonya, Nabi Musa AS berpesan:
"Allah telah mengembalikan kita ke negeri yang berlimpah nikmat. Jaga kedamaian, jangan benci terhadap sesama, jangan menyakiti tetangga. Mintalah hanya kepada Allah, niscaya akan dikabulkan. Karena nabi kalian adalah penghuni bumi paling utama, seperti yang kalian ketahui dalam kitab Taurat. Syukuri semua pemberianNya, agar kalian selamat dari adzab".

Selesai berpidato, tiba-tiba ada suara yang berasal dari kerumunan tersebut sedang bertanya, "Hai, Nabi Musa, apakah tidak ada lagi orang lain yang lebih pintar dari pada Engkau?".
Nabi Musa, menjawab, "Tidak ada lagi".

Jawaban itu bisa dimaklumi, karena beliau telah mampu mengalahkan semua tukang sihir di Mesir, mengungkap rahasia pembunuhan, menyelamatkan kaumnya dengan membelah laut merah, serta bisa berdialog langsung dengan Allah SWT.

Dengan jawaban, "Tidak ada lagi", akhirnya Nabi Musa mendapat teguran dari Allah SWT berupa wahyu, "Bahwa setinggi apapun ilmu pengetahuan adalah pemberian Allah kepada RasulNya, dan tidak mustahil, masih ada hamba Allah yang lain, yang berilmu lebih tinggi dari pada Nabi Musa".

Untuk menyadarkan, Allah memerintahkan agar Nabi Musa menemui hamba Allah yang shaleh di suatu tempat bertemunya dua lautan (dalam riwayat: antara lautan Roma dan lautan Persia).

"Ya Allah, Siapa dan dimana, agar hamba bisa menemuinya?", tanya Nabi Musa.
Allah berfirman, "Bawalah seekor ikan, masukkan ke dalam keranjang. Jika nanti, ikan itu menghilang, maka di tempat itu, hamba Allah yang shaleh yang engkau cari, berada".

Nabi Musa segera menyiapkan bekal perjalanan dan mengajak muridnya yang bernama Yusya' bin Nun, dan berkata, "Yusya' aku akan melakukan perjalanan jauh, mencari hamba yang shaleh, yaitu di suatu tempat bertemunya dua lautan. Maukah engkau menemaniku?. 

Yusya' menjawab, "Hamba bersedia, walaupun bertahun-tahun lamanya, sampai engkau menemukan hamba shaleh tersebut. Semoga Allah selalu melindungi kita selama dalam perjalanan".

Berangkatlah mereka berdua dan Nabi Musa berpesan,
"Yusya' beritahu aku, jika ikan dalam keranjang ini menghilang. Berarti di tempat itu, kita bisa bertemu dengan orang yang kita cari".

Dalam perjalanan, melewati panas dan hujan, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri pantai. Sampai akhirnya mereka kelelahan dan sampai pada sebuah batu besar. Di tempat itu ada sebuah lorong gua dan akhirnya mereka beristirahat dan tertidur lelap.

Setelah terbangun dan badan terasa segar kembali, mereka melanjukan perjalanan tanpa diketahui, ternyata sudah sangat jauh jarak dari tempat beristirahat sebelumnya (di goa batu besar).
Dan tiba-tiba Nabi Musa merasa lapar dan menyuruh Yusya' mengeluarkan ikan dalam keranjang.

Dalam Al Qur'an digambarkan bahwa perjalanan itu berlangsung sehari semalam.
Nabi Musa berkata kepada muridnya,
"Bawalah ke sini makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". (Al Kahfi: 62).

Ketika Yusya' akan membuka keranjang, saat itu juga beliau teringat pada kejadian hilangnya ikan di keranjang.

Yusya' berkata kepada Nabi Musa AS,
"(Muridnya menjawab): " Tahukah engkau, tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya, kecuali setan. Dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". (QS Al Kahfi: 63).

" Jadi, ikan itu menghilang di batu tempat kita tertidur kemaren?", tanya Nabi Musa.

"Benar! Ikan yang mati dan kering itu, hidup lagi dan meloncat dari keranjang dan berjalan di daratan seperti berjalan di dalam air. Aku mengejarnya, tapi tidak berhasil. Sampai akhirnya, ikan itu meloncat ke dalam air laut dan menuju ke tengah", jawab Yusya'.

"Sungguh ajaib", mengapa tidak engkau katakan kepadaku", Nabi Musa, berkata.

Yusya' menjawab, "Rupanya setan telah melalaikan aku, sehingga aku lupa memberitahukan kepada engkau".

Nabi Musa, berkata, "Berarti tempat itu yang kita cari".

Kemudian keduanya kembali ke tempat sebelumnya, di batu besar.



Bersambung ke >>> Nabi Musa dan Nabi Khidir | Bagian 2




Source:Buku Misteri nabi Khidir Olen Abu Khalid MA - Lintas Media Jombang 
Share this article :

Posting Komentar

- Berkomentar yang baik, sopan, dan sesuai isi artikel.
- Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan.
- Komentar berupa link aktif, iklan, berbau sara, atau pornografi akan dihapus.
- Mohon maaf jika ada komentar yang tidak kami jawab, karena di luar kemampuan Admin.

 
Copyright © 2015 - 2016 ~ Berita Islami Kita | Powered by Blogger
Privacy Policy | Terms And Conditions